Kasus penipuan dan pemerasan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) deepfake semakin marak belakangan ini. (Foto: istockphoto/Userba011d64_201)

Teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa banyak kemajuan positif, namun juga menciptakan celah baru bagi tindak kejahatan. Salah satu yang semakin marak adalah penyalahgunaan teknologi deepfake, yang digunakan untuk penipuan, pemerasan, hingga pelecehan seksual.

Apa Itu Deepfake?

Deepfake adalah gabungan dari kata deep learning (pembelajaran mendalam) dan fake (palsu). Teknologi ini memanfaatkan algoritma AI untuk menghasilkan video, gambar, atau audio sintetis yang tampak sangat nyata, padahal sepenuhnya hasil rekayasa komputer. Tujuannya bisa beragam—dari hiburan hingga manipulasi informasi.

Deepfake bekerja dengan dua model AI: satu menciptakan konten tiruan, dan yang lain mengevaluasi keasliannya. Proses ini diulang hingga hasil akhirnya nyaris tak bisa dibedakan dari yang asli. Selain wajah, suara seseorang juga bisa ditiru dengan menyuplai rekaman suara asli ke model AI untuk pelatihan.

Ancaman Nyata di Dunia Nyata

Penegak hukum di berbagai negara, termasuk Inggris, mengungkapkan kekhawatiran atas meningkatnya penggunaan deepfake untuk kejahatan digital. Mulai dari penipuan yang menyamar sebagai eksekutif perusahaan, hingga pembuatan konten pelecehan anak yang dihasilkan secara sintetik. Akses teknologi yang semakin mudah memperparah situasi ini.

Kecanggihan deepfake membuat konten palsu sulit dibedakan dari konten asli, terutama oleh masyarakat umum yang belum terlatih secara teknis.

Upaya Deteksi dan Pencegahan

Perusahaan teknologi besar seperti Meta (Facebook) telah mengembangkan metode untuk mendeteksi dan menelusuri asal-usul deepfake. Salah satunya adalah teknik rekayasa balik (reverse engineering) untuk mengidentifikasi "sidik jari digital"—pola unik yang ditinggalkan selama proses pembuatan gambar atau video palsu.

Selain itu, para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) membuat program edukasi bernama Detect Fakes. Program ini membantu masyarakat mengenali ciri-ciri konten deepfake melalui latihan visual dan audio.

Tips Mendeteksi Deepfake

Berikut beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi konten deepfake:

Wajah tidak alami: Perhatikan ketidaksesuaian antara usia kulit, rambut, dan mata.

Bayangan dan pencahayaan aneh: Mata, alis, dan kacamata sering menunjukkan bayangan yang tidak konsisten.

Rambut wajah tidak realistis: Kumis atau janggut yang tampak aneh atau tidak sesuai dengan arah cahaya bisa jadi hasil rekayasa.

Detail kecil terabaikan: Kedipan mata, ukuran bibir, atau keberadaan tahi lalat kadang luput dari rekayasa deepfake.

Deepfake adalah inovasi AI yang membawa konsekuensi serius jika jatuh ke tangan yang salah. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran, mengenali tanda-tandanya, dan mendukung penggunaan teknologi yang etis dan bertanggung jawab.